Dakwatuna.com-Ibu, perempuan biasa yang menempati posisi luar biasa. Sampai–sampai
Rasulullah menyebutnya tiga kali dalam urutan seorang anak harus
berbakti kepada siapa. Sudah lama ingin bercerita tentang ini, tepatnya
bercerita kepada diri sendiri. Sembari menghitung apa yang sudah pernah
kita keluhkan kepada makhluk perempuan ini. Jika diantara kita ada yang
pernah merasa bosan dengan rutinitas kesehariaannya, maka seorang ibu
jauh lebih berhak atas perasaan jenuh tersebut.
Coba
saja kita amati rutinitas kesehariannya, terutama bagi perempuan yang
menjalani peran penuh sebagai ibu rumah tangga.Maka sejak bangun tidur
sampai tidur lagi, beliau selalu berkutat antara kasur–dapur– sumur.
Setiap hari. Jenuh? Pasti. Tapi kenapa beliau masih melakukan rutinitas
yang sama dan berkelanjutan tersebut? Ini tentang cinta.
Dari
sekian banyak aktifitas seorang ibu yang sampai ke kita hingga sekarang
ini, salah satu yang ingin saya ceritakan adalah tentang aktifitas
memasak. Bertepatan tiga bulan terakhir ini saya belajar masak, karena
harus menyiapkan jatah makan untuk karyawan. Memasak merupakan keahlian super
yang dimiliki seorang ibu. Meski tak menutup kemungkinan seorang
laki-laki juga menguasai hal ini. Dan juga tidak menutup kemungkinan ada
seorang ibu yang benar–benar tidak bisa memasak. Semua ada peran dan
pos–pos nya masing–masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Bagi
saya, seorang lelaki biasa yang masih sangat pemula dalam hal memasak
ini, secara pribadi saya menerjemahkan beberapa hal berikut:
Pertama,memasak
adalah tentang seni dan memperkirakan. Seni dalam membuat variasi menu
dan juga memperkirakan tentang racikan komposisi bumbunya. Di dapur
tidak ada deretan resep menu ataupun daftar pilihan, apalagi timbangan
untuk menakar komposisi resep. Dan kebanyakan seorang ibu, mampu
memperkirakan itu semua, serta mampu membuat variasi menu dengan bahan
baku yang sama, serta seadanya.
Kedua,memasak adalah tentang
menjadi manusia super, yang tahan panas dan juga tahan dingin. Sering
saya perhatikan ibu saya memegang panci yang ada air panasnya, tanpa ada
lapisan. Jadi dipegang langsung. Saya pernah mencobanya, “Ini rasanya
panas sekali,” atau bahkan saat lupa tidakmemakai kain untuk melapisi,
sayapun berteriak kepanasan. Belum lagi saat kecipratan air panas,
minyak panas, kena percikan lombok dan bawang di mata, atau saat lidah
kepanasan mencoba mearsakan sayur, membekas sakitnya sampai tiga harian.
Bagaimana pula saat tangan terasa panas karena kena cabe?Membekasnya
lama meski sudah dicuci menggunakan sabun.
Ketiga,
memasak adalah bagaimana mempersiapkan masa depan dan segala
aktifitasnya. Karena jenis, rasa, dan variasi masakan sangat memengaruhi
pola aktifitas seharian. Maka harus punya banyak referensi jenis
masakan meskipun bahan yang ada seadanya.
Bagaimana dengan kita?
Para
calon ayah yang akan mendampingi makhluk luar biasa bernama perempuan
ini. Atau mungkin bisa kita rekam jejak sewaktu kecil dulu, setiap
bangun tidur mau berangkat sekolah sudah ada semua hal yang kita
butuhkan. Dan mahkluk yang melakukan itu semua adalah ibu kita. Maka
benarlah pepatah yang mengatakankasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
Dan taukah, barangkali ibu kitatidak pernah tahu tentang pepatah itu.
Ini baru tentang memasak. Belum lagi saat mengandung, melahirkan,
mendidik anak, merawat suami, menjadi tetangga yang baik, menjadi wanita
karier, dan lain sebagainya. Kesemuanya adalah pekerjaan yang tak
mungkin bisa dikalkulasikan dengan gaji berupa uang.
Bagaimana ya, kondisinya perempuan yang nantinya akan menjadi pendamping kita?
Yang
jelas, saya sangat yakin, ia adalah seorang perempuan yang akan
menjalani pekerjaan utamanya sebagai seorang ibu. Karena pada dasarnya,
menjadi ibu adalah menjalani profesi paling profesional sedunia. Ibu,
adalah sekolah pertama bagi calon buah hati yang nantinya akan membangun
peradaban di negeri ini. Maka mari, para calon ayah, kita perbaiki diri
dengan sebaik baik paras dan akhlak, karena calon ibu dari anak-anak
kita sekarang juga sedang melakukan hal serupa. Kemudian, insya Allah,
Diaakan mempertemukan keduanya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !