Headlines News :

Website Baru

Website SDIT Alam Harapan Ummat sudah berganti alamat menjadi sdit.harumpbg.com. Klik disini untuk masuk ke website baru.
Home » » Bagaimana Menjadi Jenius?

Bagaimana Menjadi Jenius?

Written By sditalamharum on Senin, 07 Januari 2013 | 01.05


Oleh : Triyanto P. Nugroho
Makanan peningkat kemampuan otak selalu dicari oleh banyak orang. Seringkali beberapa makanan ini dijadikan sebagai ujung tombak dalam sebuah iklan. Sebut saja beberapa iklan sebuah produk yang mengandung omega 3yang selalu muncul di primetime televisi, yang dipercaya mampu meningkatkan kemampuan otak.
Selain blueberry, bayam, minyak ikan –yang banyak mengandung kaya asam lemak omega 3- saat ini para dokter telah menemukan makanan lain yang bisa mendorong kemampuan otak sekaligus melindungi dari berbagai penyakit. Salah satunya adalah telur.
Di dalam sebuah telur terkandung kolin, zat gizi yang bisa melindungi otak seiring dengan pertambahan usia orang yang memakannya. Kolin juga dibutuhkan untuk membuat salah satu jenis neurotransmitter yaitu asetilkolin yang berperan penting dalam memelihara kesehatan memori dan otak. Jumlah kolin yang direkomendasikan adalah 550 miligram per hari atau setara dengan lima telur rebus. Perlu diketahui bahwa zat ini juga terdapat dalam daging ayam dan kacang merah besar.
Segala jenis buah-buahan berries juga dapat menyediakan hampir semua nutrisi penting bagi otak. Buah-buahan ini mengandung antioksidan dan kaya akan vitamin C yang membantu dalam mengurangi stres oksidasi. Masih banyak makanan lain sebagai penunjang kemampuan otak, misalnya saja ikan salmon, tomat, wortel, buncis, ataupun sayauran berwarna lainnya.
Orang, terutama orang tua, selalu tertarik dengan hal-hal yang bisa meningkatkan kejeniusan anak. Kita mahfum betapa larisnya susu yang dalam iklannya selalu menunjukkan seorang anak kecil, lucu, imut, dengan kecerdasan diatas rata-rata anak lain. Menunjukkan betapa pintarnya ia dalam usia sekecil itu dihadapan ibu-ibu yang kagum dan terperanga. Lalu iklan itu diakhiri adegan anak kecil itu meminum produk susu sampai tetes terakhir.
Begitulah, menjadi jenius telah menjadi obsesi banyak orang.
***
Bayangkan mata anak anda ditutup dengan kain, lalu dihadapkan dengan sebuah buku. Anak normal, seperti anda dan saya, ketika mata tertutup seperti itu tentu saja tidak bisa membaca. Membaca adalah proses yang membutuhkan kemampuan mata serta cahaya untuk melihat. Tapi ajaib! Yang terjadi malah sebaliknya! Anak dengan mata tertutup itu ternyata dengan fasih dan lancar mampu membacanya.
Bayangkan lagi anak anda yang sedang mengendarai sepeda dengan mata tertutup ternyata mampu menghindari tabrakan dan bisa melaju dengan tenang. Sama dengan yang pernah didemonstrasikan salah satu pesulap terkenal di televisi. Itulah anak jenius! Dan hal itu bisa anda lakukan dengan sekejap, dan cepat dengan melakukan atktivasi otak tengah.
Itulah beberapa iklan sebuah jasa pelatihan otak yang sangat menarik minat semua orang. Menjadikan jenius seorang anak dalam sekejap.
Tapi ada yang ganjal menurut saya dalam usaha tersebut, yaitu; sejak kapan jenius diukur dengan membaca dengan mata tertutup? Serta mengendarai sepeda tanpa menabrak dengan mata tertutup? Pesulap bisa melakukan itu, dan kita tak pernah mengatakan seorang pesulap sebagai orang jenius.
Banyaknya orang yang tertarik dengan usaha jasa seperti itu tanpa mendalami dengan lebih teliti. Itulah yang menandakan bahwa ‘anak jenius’ telah menjadi sebuah obsesi. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, dan mungkin salah satunya adalah budaya instan yang era sekarang menerpa bagai gelombang besar.
Menjadikan anak jenius telah menjadi keinginan banyak orang.
***
Untuk menjadi jenius mungkin kita perlu menengok apa yang dilakukan oleh seorang jenius. Sangat baik mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan kemampuan otak. Sangat baik, tapi itu belum cukup. Karena bukan karena makan telur secara rutin lantas kita dikatakan sebagai seorang jenius.
Memahami imajinasi dan naluri Einstein (salah seorang manusia yang dikatakan jenius), kata Walter Isaacson, tidak bisa didapatkan dengan mempelajari otaknya tapi pertanyaan yang paling relevan adalah bagaimana pikirannya bekerja, bukan otaknya.
Einstein sendiri mengakui bahwa sumber dari pikiran briliannya bukanlah terletak pada makanan ataupun mengikuti pelatihan otak, “Saya tidak memiliki bakat khusus, saya hanya sangat penasaran,” akunya.
“Sifat tersebut mungkin merupakan tempat terbaik untuk memulai menyelediki unsur kejeniusannya. Einstein, saat masih kecil dan terbaring sakit ia melihat sebuah jarum kompas menunjuk ke arah utara. Sebagian besar kita dapat mengingat melihat jarum jam tersebut berputar ke tempatnya, tetapi hanya sebagian kecil dari kita yang mengejar dengan penuh semangat pertanyaan tentang kemungkinan peran medan magnet, seberapa cepat medan magnet dapat bergerak, dan interaksi medan magnet dengan zat,” ungkap Walter Isaacson dalam buku Einstein: Kehidupan dan Pengaruhnya Bagi Dunia yang ia tulis.
Bagaimana rasanya berlari disamping seberkas cahaya? Bagaimana rasanya menjadi seekor kumbang yang berjalan diatas daun yang melengkung? Itulah beberapa pertanyaan yang selalu menghantui Einstein. Yang membuatnya kemudian berpikir, lalu menemukan teori yang paling berpengaruh dalam abad 20: teori relativitas.
Maka jenius bisa jadi merupakan sebuah sikap, cara berpikir, bukan semata kemampuan otak. Sebuah sikap yang diawali dengan sebuah rasa penasaran.
Rasa penasaran yang datang dari rasa kagum kekanak-kanakan, yang mendorong untuk mempertanyakan hal yang familier, yaitu konsep, seperti yang pernah Einstein katakan, “yang tidak pernah terpikirkan oleh orang dewasa biasa.”
Menumbuhkan rasa penasaran adalah langkah sederhana untuk menjadi seorang jenius. Dan seorang jenius telah membuktikannya.
Salam being genius,
sumber: http://triyantomekel.wordpress.com/2013/01/07/bagaimana-menjadi-jenius/
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2012. SDIT ALAM HARAPAN UMMAT PURBALINGGA - All Rights Reserved
Design by EDU Themes Special Education Web Design