Cahyadi Takariawan dan Ida Nur Laila
Al Qur’an berkisah tentang
seorang alim, bukan nabi bukan pula rasul, konon berkulit legam dengan telapak
kaki yang pecah-pecah. Beliau adalah Luqman Al Hakim, seorang ayah yang
mencintai anaknya, dunia akhirat. Nasehatnya sangat monumental:
“Wahai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar “ ( QS. 31:13)
Ungkapan Luqman di atas adalah bagian
mendasar dari upaya mendidik anak. Ada beberapa dasar lainnya yang tidak boleh
diabaikan dalam rangka mendidik anak.
1.
Sayangi Anak Sepenuh Hati Anda
Nabi Muhammad saw memberikan teladan luar
biasa dalam kasih sayang pada anak-anak. Beliau suka mencium anak dan
cucunya, hingga heranlah sahabat Aqra’, lantaran ia punya 10 orang anak
dan tak pernah menciumnya sekalipun.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra bahwa Nabi saw mencium Al Hasan bin Ali ra, lalu Al Aqra’
berkomentar, “Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang anak; tidak pernah aku
mencium seorangpun di antara mereka”. Maka Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa tidak menyayangi, maka tidak tidak disayangi.”
Rasulullah pernah mempercepat shalat,
sebagaimana sabdanya, “Sesungguhnya, ketika aku sedang melakukan shalat
(menjadi imam) dan aku bermaksud untuk memanjangkan bacaanya, tiba-tiba aku
mendengar tangisan anak kecil. Maka aku segera memperpendek (bacaan) shalatku.
karena aku memahami perasaan ibunya (yang menjadi makmum) yang tentu terganggu
oleh tangisannya.”
Nabi sangat menyayangi anak-anak, dan sangat
merawat jiwa anak-anak.
2.
Terima Anak Anda dengan Segala Potensinya
Terimalah
anak dengan sepenuh hati anda. Mereka adalah buah hati anda, bagaimanapun
kondisi fisiknya ! Penerimaan anda kepada mereka, akan menjadi kunci
keberhasilannya !
Adalah Hirotada Ototake. Terlahir tanpa
tangan dan kaki yang normal. Kaki hanya sampai lutut dan tangannya hanya sampai
siku. Tanpa jari-jari. Ibunya menggambarkan Hirotada-can seperti boneka panda
yang lucu dan menggemaskan. Orangtuanya selalu memerkenalkan Hirotada kepada
tetangga, kenalan, kerabat sebagai anak normal. Dia juga diperlakukan sebagai
anak yang normal. Diajari berbagai ketrampilan motorik.
Akhirnya tumbuhlah rasa percaya diri yang
sangat besar, bahkan menurut pengakuan Hirotada sendiri, rasa percaya dirinya
’terlalu besar’. Dia selalu belajar di sekolah anak-anak normal. menjalani hobi
jurnalistik, fotografi, naik gunung dan memasuki klub basket ! Hirotada selalu
lulus dengan nilai yang memuaskan sampai ke perguruan tinggi. Kini, ia menjadi
motivator kelas dunia dengan kadaan fisiknya yang terbatas !
3.
Pembiasaan Kebaikan bagi Anak Anda
Dalam
hal apakah anak dibiasakan ? Inilah yang akan sangat menentukan kehidupannya di
masa depan. Iman Al Ghazali menceritakan dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin tentang
dialog antara Sahal bin Abullah At Tustari dan pamannya Muhammad Ibnu
Siwar.
“Ketika aku berusia tiga tahun, aku selalu
bangun malam. Aku melihat shalat pamanku, Muhammad Ibnu Siwar. Pada suatu hari
ia berkata kepadaku, apakah engkau tidak ingat kepada Allah yang telah
menciptakan kamu ?”
“Bagaimana aku mengingatnya ?”
Pamanku berkata, “Katakan di dalam hatimu
ketika kamu berbolak-balik di atas tempat tidurmu, tiga kali, tanpa
menggerakkan lidahmu: Allah bersamaku, Allah mengawasiku, Allah menyaksikan
aku”.
Dan aku kerjakan itu lalu aku laporkan
kepadanya. ”Ucapkan setiap malam tujuh kali “, kata paman.
Aku kerjakan kemudian aku laporkan kepadanya.
”Ucapkan itu setiap malam sebelas kali”. Akupun laksanakan pesan tersebut, maka
aku merasakan rasa nyaman dalam kalbuku.
Setelah satu tahun berlalu, pamanku berkata,
“Peliharalah apa yang telah aku ajarkan kepadamu, dan tetapkan mengerjakannya
hingga kamu masuk kubur. Karena sesungguhnya yang demikian itu bermanfaat untuk
kamu di dunia dan di akhirat”. Dalam beberapa tahun, aku terus mengerjakannya,
maka aku dapatkan rasa nyaman dalam kesunyianku.
Kemudian pamanku berkata padaku pada suatu
hari, ”Wahai Sahal, barangsiapa merasa Allah bersamanya, melihat dan
menyaksikannya, apakah ia akan mendurhakai-Nya. Janganlah sekali-kali kamu
durhaka.”
4.
Temani Anak Anda untuk Tumbuh dan Berkembang
Seorang teman mengisahkan tentang seorang
anak yang selalu menantikan ayahnya pulang dari kerja, hingga larut
malam. Sang ayah adalah guru SMA yang sangat sibuk. Karena sang ayah tak
kunjung datang, tertidurlah si anak.
Suatu saat ayahnya telah berjanji untuk
mengajari main catur. Ketika pulang jam sepuluh malam, sang ayah menemukan
anaknya tertidur di atas papan catur. Di sebelahnya ada uang 40 ribu dari
celengan yang dipecah sang anak.
Begitu sang ayah pulang, mendadak dia
terbangun dan bertanya, “Ayah, bolehkah aku pinjam uang sepuluh ribu ? Aku
membutuhkan limapuluh ribu dan celenganku baru empat puluh ribu”. Ketika
ditanya untuk apa, betapa teriris hati sang ayah. Karena anak itu hendak
membeli waktunya barang setengah jam agar bisa mengajarinya bermain catur.
Rupanya ia telah bertanya pada ibunya, berapa
ayahnya digaji per-jam !
Jangan biarkan anak anda menjadi “yatim” di
saat ia memiliki orang tua lengkap.
5.
Berikan Hanya Kata-kata Terbaik
Betapa ajaibnya kata-kata. Dari kata-kata,
banyak hal bermula. Kata-kata membentuk persepsi dan paradigma. Kata-kata dapat
memotivasi atau melemahkan semangat. Kata-kata membentuk atau merusak suasana.
Kata-kata dapat menjadi inspirasi. Kata-kata juga tabungan akhirat anda. Maka,
berhati-hatilah dengan kata-kata.
Abu Rafi’ meriwayatkan, “ Ketika Fatimah
melahirkan putranya, Hasan bin Ali, aku melihat Rasulullah SAW mengumandangkan
adzan pada telinga Hasan bin Ali“ (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan
Tirmidzi.)
Imam
Ibnul Qayyim menjelaskan, ”Rahasia kenapa ketika seorang bayi baru lahir harus
dikumandangkan adzan pada telinganya adalah –wallahu a’lam- agar suara
yang pertama kali masuk ke telinga si anak adalah kalimat-kalimat yang
mengandung makna akan kebesaran dan keagungan Allah swt. Dan dua kalimat
syahadat yang digunakan sebagai kunci pintu masuk Islam.
Bagaimana kalau anak secara konsisten
mendapatkan kalimat berikut ?
Bapak
bangga kepadamu
|
Kamu
memang pemalas !
|
Ibu
selalu sayang kepadamu
|
Kamu
memang anak nakal !
|
Alhamdulillah,
kamu anak pintar...
|
Dasar
anak bodoh !
|
Subhanallah,
betapa baiknya kamu, anakku....
|
Bapak
sangat malu punya anak seperti kamu !
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !